Sabtu, 22 Maret 2008

Rindu Rosul

Refleksi ; Menyambut Maulid Nabi SAAW

Namanya Pa Samin, dia adalah seorang tukang becak di kota bekasi. setiap pagi Pa Samin selalu menjadi langganan saya, pergi kekantor.
Pa Samin memang bukan berasal dari kota bekasi, beliau asli dari sumedang dan sudah 15 tahun merantau ke bekasi, sudah 15 tahun pula ia mengayuh becak untuk menghidupi ke empat anaknya. Pa Samin memang bukan orang yang tahu tentang ilmu - ilmu pendidikan atau pun ilmu agama, beliau hanya tahu kapan saatnya mengayuh becak atau kapan saatnya mengerem becaknya kalau didepan ada orang atau mobil. Namun di satu sisi beliau punya kepribadian yang luar biasa, sifatnya yang rendah hati, jujur, suka menolong dan mempunyai prinsip untuk berusaha tidak merugikan orang lain menjadi nilai tambah kenapa saya lebih suka diantar oleh Pa Samin untuk pergi kekantor dengan becaknya.
Pernah suatu hari Pa Samin minta izin sehari untuk tidak mengantar saya dulu karena akan mengadakan selametan "muludan" atau "Numpeng" untuk menyambut maulid nabi Saaw, dan membagikan "tumpeng" kepada tetangga dan saudara- saudaranya. Pa Samin mungkin tidak mengerti apa yang dia lakukan itu sunah atau bukan, bid'ah atau tidak. Yang jelas beliau lakukan itu sebagai wujud kecintaan kepada Rosululloh. Satu hal yang perlu diambil hikmahnya adalah ketulusan beliau menjaga kecintaan pada Rasululloh

Belajar dari Pa Samin, saya malah termasuk orang yang tidak pernah melakukan apa-apa dan bahkan tidak pernah peduli dengan maulid nabi SAAW. Saya malah lebih tahu hari valentine ketimbang maulid. Namun, setelah kenal dengan pa samin saya jadi mengerti makna ketulusan dan pengorbanan kecintaan atas Rosullullah pemimpin sejati rahmatan lil alamin. Dengan kekuatan cinta itu otomatis akan memberikan kekuatan pada kita untuk melaksanakan apa yang di titahkan oleh orang yang kita cintai. Karena salah satu ciri seorang pecinta adalah mencintai apa yang dicintai oleh orang yang kita cintai dan membenci apa yang dibenci oleh orang yang kita cintai. Dengan begitu kita pasti akan melakukan apa-apa yang telah diwariskan oleh Rosululloh untuk kemudian kita amalkan.

Seorang istri sering menciumi foto dan pakaian suaminya ketika suaminya sedang pergi bekerja atau menyetrika baju sang suami dan menyiapkan hidangan untuk suaminya makan saat pulang dari kantor kemudian seorang ibu yang rela pergi kepasar dini hari saat orang lain masih terlelap untuk belanja makanan buat anaknya yang sedang sakit dan bahkan seorang nenek yang renta rela antri minyak tanah di bawah terik matahari untuk kebutuhan memasak bagi keluarganya. Cerita diatas merupakan sebuah bukti pengorbanan dan ketulusan cinta kepada orang - orang yang dicintainya. Mereka tanpa pamrih mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan orang yang dicintainya.

lalu bagaimana dengan kita, sudahkah kita benar-benar mencintai Rosulullah? bagaimana kita wujudkan bentuk kecintaan kita kepada Rosululloh? Lihatlah Pa Samin atau Istri yang menyiapkan keperluan suaminya, Si ibu yang berkorban untuk anaknya, atau si nenek yang masih gigih demi keluarganya. Belajarlah dari mereka untuk menjadi modal kita dalam mewujudkan kecintaan kepada Rosululloh.
Lihat juga pengorbanan Rosululloh untuk umatnya, begitu tulus dan tanpa pamrih. lalu bagaimana mungkin kita tida mencintai Rosululloh padahal beliau korbankan seluruh hidupnya untuk kita....

Sudah saatnya bagi kita untuk kembali mengevaluasi diri kita, apakah kita sudah benar - benar mencintai Rosululloh. Karena hanya orang - orang yang mencintainyalah yang akan selamat didunia dan diakhirat.

Suatu hari ketika rasululloh akan memimpin shalat berjamaah, tiba - tiba dari arah jama'ah ada yang bertanya pada Rosululloh. "Ya Rosull kapan hari kiamat itu tiba....?", Rosululloh tidak menjawab pertanyaan itu dan segera memimpin shalat berjama'ah. Setelah selesai sholat, kemudian Rosululloh berdiri dan bertanya kepada jama'ah, "Siapa yang tadi menanyakan hari kiamat itu tiba..?" kemudian orang yang tadi bertanya menjawab, "saya ya Rosululloh", lalu kemudian Rosululloh kembali bertanya "apa yang sudah engkau persiapkan untuk menyambut hari kiamat nanti...?" orang itu menjawab, sambil terbata - bata seperti orang yang ketakutan "tidak ada ya Rosululloh, ibadah saya masih sangat kurang, tidak ada yang sudah saya persiapkan untuk menyambut harikiamat itu, saya hanya mencintai Allah dan Rosul-Nya" kemudian Rosulullah menjawab dengan jawaban yang begitu indah "anta ma aman ahbabta.." Engkau akan bersama dengan apa yang engkau cintai...


Makassar, 20 maret 2008
iwan karbala

0 komentar:

Blogger Templates by OurBlogTemplates.com 2007